“Hukum itu milik Allah Wahai Ali, Bukan milikmu dan para sahabatmu” ucap ibnu muljam sambil menebas kan pedangnya ke kepala Imam Ali yg lagi sholat, di subuh 19 Ramadhan
Nyawa Khalifah Ali bin Abi Thalib dihilangkan “atas Nama Hukum Allah” (dalam pandangan khawarij) Demi Surga yang entah kelak akan menjadi Milik Siapa.
Tidak berhenti sampai disana, saat melakukan Aksinya, Abdurrahman Ibnu Muljam juga tidak berhenti Merapal Surat Al Baqarah ayat 207 :
ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﻳَﺸْﺮِﻱ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﺍﺑْﺘِﻐَﺎﺀَ ﻣَﺮْﺿَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۗ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺭَﺀُﻭﻑٌ ﺑِﺎﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ
_“Dan di antara Manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari Keridhoan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada Hamba-hamba-Nya.”_
Sebagai Hukuman atas Aksinya mencabut Nyawa seorang Khalifah, Ibnu Muljam kemudian dieksekusi Mati dengan Cara Qishas.
Prosesi Hukuman Mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan Penuh Drama.
Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya, Dia masih sempat berpesan kepada Algojo :
_“Wahai Algojo, janganlah Engkau Penggal Kepalaku sekaligus. Tetapi Potonglah Anggota Tubuhku Sedikit demi Sedikit, hingga Aku bisa menyaksikan Anggota Tubuhku disiksa “di Jalan Allah”_
Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh Hati, bahwa Aksinya mencabut Nyawa Suami Sayyidah Fathimah Az Zahra, Menantu dan Sepupu Rasulullah SAW, serta Ayah dari Hasan dan Husein itu adalah sebuah Aksi “Jihad Fi Sabilillah”
Seorang Ahli Surga harus meregang Nyawa di Tangan Seorang Muslim yang meyakini Aksinya itu adalah di Jalan Kebenaran demi meraih Surga Allah.
Potret Ibnu Muljam adalah Realita yang terjadi pada Sebagian Umat Islam.
Generasi Pemuda yang mewarisi Watak Ibnu Muljam itu _Giat memprovokasi untuk berjihad di Jalan Allah dengan Cara Memerangi, dan bahkan Membunuh Nyawa Sesama Kaum Muslimin._
📌Siapa Sebenarnya Sosok Abdurrahman Ibnu Muljam ?
Dia adalah Lelaki yang tampilan luar Alim, Rajin sholat juga Tahajud, rajin berpuasa dan pandai membaca bahkan hafal al-Quran dan sekaligus sebagai Orang yang mendorong Sesama Muslim untuk menghafalkan Kitab Suci tersebut akan tetapi semua itu tidak bermanfaat baginya.
Dia Mati dalam Kondisi Su’ul Khatimah, tidak membawa Iman dan Islam, akibat kedangkalan Ilmu Agama yang dimilikinya, akibat akal yg salah dalam pemahaman.
Mereka termasuk orang2 yg merugi.
Afiliasinya kepada Pemahaman *Khawarij* telah membawanya terjebak dalam Pemahaman Islam yang Sempit.
Ibnu Muljam menetapkan Klaim terhadap Surga Allah dengan sangat Tergesa-gesa dan Dangkal.
Sehingga Dia dengan Sembrono melakukan Aksi-aksi yang bertentangan dengan Nilai-nilai Luhur Islam.
Alangkah menyedihkan karena Aksi itu diklaim dalam Rangka membela Ajaran Allah dan Rasulullah.
Sadarkah Kita bahwa Saat ini telah Lahir Generasi-generasi Baru Ibnu Muljam yang bergerak secara Massif dan Terstruktur.
Ibnu Muljam Gaya Baru ini Lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni Generasi-generasi Muda Islam. Sehingga Mereka dengan mudah mengkafirkan Sesama Muslim. Teriak syirik pada ritual2 keagamaan juga budaya dan Mereka dengan Ringan menyebut Sesat pada Para Ulama.
Rasulullah dalam Sebuah Hadits telah memperingatkan Kelahiran Generasi Ibnu Muljam ini :
_"Akan muncul Suatu Kaum dari Umatku yang Pandai membaca Alquran._
_Dimana Bacaan Alquran Kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Bacaan Mereka._
_Demikian pula Shalat Kalian daripada Shalat Mereka._
_Juga Puasa Mereka dibandingkan dengan Puasa Kalian._
_Mereka membaca Alquran, dan Mereka menyangka bahwa Alquran itu adalah Hujjah bagi Mereka, namun ternyata Alquran itu adalah Bencana atas Mereka._
_Shalat Mereka tidak sampai melewati Batas Tenggorokan._
_Mereka Keluar dari Islam sebagaimana Anak Panah Meluncur dari Busurnya."_
*(Hadits Sahih Riwayat Imam Muslim)*
Kebodohan mengakibatkan Mereka merasa Berjuang Membela Kepentingan Agama, padahal Hakikatnya Mereka sedang memerangi Islam dan Kaum Muslimin.
Wahai Kaum Muslimin,
Waspadalah pada Gerakan Generasi Ibnu Muljam..!!
Mari Kita Siapkan Generasi Muda Kita, agar tidak diracuni oleh Golongan Ibnu Muljam Gaya Baru.
Islam itu Rahmatan Lil Alamin, jalan menuju keselamatan.
Islam itu merangkul, dan bukan memukul